“Sinergi dan Akselerasi Undip Menuju Indonesia Emas 2045”, inilah tema Dies Natalis Undip ke 66. Sebuah tema yang menggerakkan agar Undip mengambil peran penting bagi Indonesia Emas 2045. Ada dua tantangan besar yang dihadapi bangsa ini yakni bonus demografi dan “middle income trap”. Keduanya saling terkait. Bonus demografi yang sukses adalah bonus demografi yang banyak melahirkan perusahaan baru dan menggerakkan ekonomi bangsanya. Perusahaan-perusahaan baru berbasis inovasi ini dilahirkan dari gerakan sadar pendidikan tinggi sebagai penghasil kaum terdidik. Perusahaan inovasi yang sukses akan menghantarkan sebuah negara memasuki “high income country”. Undip mempunyai peluang untuk hal tersebut. Undip telah mencanangkan dirinya menjadi sebuah universitas riset. Sebuah identitas pendidikan tinggi yang sangat strategis.
Universitas katagori ini juga wajib menggali pendanaan berasal dari transaksi hasil-hasil risetnya yang digunakan oleh masyarakat. Dana berasal dari hilirisasi dan komersialisasi produk riset. Walaupun banyak yang menyadari hasil-hasil penelitian dilakukan di universitas memiliki potensi komersial yang cukup besar. Namun, mengubah hasil penemuan dan inovasi menjadi produk yang layak secara komersial terbukti sangat sulit. Produk unggul tersebut harus telah melewati tahapan-tahapan untuk komersial. Terdapat tingkat kesiapan teknologi (TKT) yang telah mencapai posisi tertinggi. Juga ada tingkat kesiapan inovasi (Katsinov) yang harus melewati batas minimum yang ditentukan.
Persoalan membawa hasil riset dari laboratorium menjadi produk komersial dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi suatu bangsa telah diteliti antara lain oleh Lee (Yong S. Lee, 1995). Dalam penelitian ini Lee menemukan bahwa para akademisi di AS meyakini bahwa dalam pembangunan ekonomi, peran spesifik yang dapat mereka lakukan adalah inovasi industri. Penelitian ini melakukan survei secara nasional yang melibatkan sekitar 1000 dosen yang intensif melakukan penelitian di Universitas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa akademisi AS pada tahun 1990-an lebih percaya bahwa kolaborasi universitas-industri memberikan hasil yang lebih baik dalam kontribusi mereka bagi pembangungan ekonomi dibandingkan akademisi pada tahun 1980-an. Mayoritas responden mendukung gagasan bahwa universitas mereka berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan ekonomi lokal dan regional. Universitas juga diharapkan memfasilitasi komersialisasi hasil riset para akademisi, dan mendorong dosen memberikan konsultasi kepada perusahaan swasta.
Peran inovasi industri dalam pengembangan ekonomi suatu negara yang menghantarkan Paul Romer memenangkan Nobel Ekonomi 2018. Pada tahun 1990, Romer menerbitkan apa yang telah menjadi landasan pemikiran ekonomi. Pemikiran ekonomi yang terkait pada peran penerapan teknologi dan inovasi dalam pertumbuhan ekonomi, produktivitas dan kemajuan global. Penelitian Lee juga berhasil mengungkap bahwa mayoritas dari responden menolak untuk mendukung gagasan universitas terlibat langsung dalam kemitraan bisnis yang erat dengan industri swasta. Misalnya universitas memberikan bantuan awal atau investasi ekuitas. Banyak kalangan juga khawatir kerjasama erat antara universitas-industri, yang kemungkinan akan mengganggu kebebasan akademik. Kebebasan untuk mengejar penelitian fundamental jangka panjang. Para akademisi mencari batas-batas kolaborasi universitas-industri yang dipandang dapat menyeimbangkan antara penelitian implementasi untuk membantu pengembangan ekonomi dan penelitian fundamental untuk reputasi keilmuan.
Diskusi tentang komersialisasi hasil penelitian yang dihasilkan terutama oleh universitas riset terus berkembang. Belitskia, dkk. 2019, mengamati bahwa adanya kekurangan pengetahuan tentang hal ini dialami oleh ilmuwan universitas di seluruh dunia. Belitskia dkk. mengidentifikasi peran yang dimainkan oleh Technology Transfer Offices (TTO) dan Pendanaan Industri langsung untuk komersialisasi produk riset. Penelitian ini dilakukan di Azerbaijan, Belarusia dan Kazakhstan selama 2015–2017. Secara keseluruhan, invensi memiliki implikasi yang jelas bagi para lulusan perguruan tinggi, technopreneur dan TTO. Dalam artian kualitas invensi, nilai invensi dan inovasi akan berimplikasi pada kegairahan komersialisasi produk riset. Ketertarikan investor yang bertujuan untuk mengeksploitasi produk riset universitas untuk mengairahkan ekonomi juga ditentukan hal tersebut.
Dinamika sebuah kerangka kerjaPada tahun 2019, Bazan mengusulkan suatu cara dengan menggabungkan praktik terbaik (best practices) dari kerja tim riset, manajemen proyek penelitian, pengembangan produk baru, pengembangan bisnis, dan manajemen kekayaan intelektual yang sudah mapan. Penggabungan semua praktik terbaik tersebut akan menghasilkan suatu kerangka kerja yang kuat dan terstruktur (mungkin sejenis Technology Transfer Offices (TTO)). Krangka kerja inilah yang dapat membantu peneliti universitas membawa hasil-hasil riset mereka ke pasar. Menurut laporan Bazan, kerangka kerja ini juga relevan dengan peneliti universitas yang mungkin tidak berniat untuk mengubah inovasi mereka menjadi bisnis. Para peneliti yang ingin inovasi mereka hanya sampai pada prototipe yang memberikan daya tari khusus bagi pihak industri. Pihak industrilah yang melanjutkan mengembangkan prototype itu menjadi inovasi yang layak komersial dan dibutuhkan pasar (Carlos Bazan, 2019, Nur, 2023).
Penguatan Universitas Riset dan Teaching IndustriUsulan Bazan untuk menggabungkan praktik terbaik (best practices) dari kerja tim riset, manajemen proyek penelitian, pengembangan produk baru, pengembangan bisnis, dan manajemen kekayaan intelektual yang sudah mapan dalam suatu kerangka kerja mamanglah usulan yang sangat ideal. Praktik terbaik yang mapan tak mudah mambangunnya. Apalagi menggabungkan semua komponen tersebut dengan keharmonisan tinggi. Dalam kondisi yang belum ideal ini mungkin skema Teaching Industry bisa menjadi alternatif, sambil memperbaiki terus komponen yang disyratkan Bazan. Skema Teaching Industry telah dijalankan beberapa tahun terakhir oleh kementerian riset dan teknologi/BRIN. Universitas Diponegoro telah menjalankan skema Teaching Industry pada tahun 2017 dan berakhir pada tahun 2019. Program ini telah menghasilkan dua produk komersial yang dilesensikan dengan perusahaan mitra. Skema teaching industry memungkinkan komponen seperti tim riset, manajemen proyek penelitian dan kekayaan intelektual, pengembangan produk baru dan aspek bisnisnya bisa disinergikan dalam satu atap. Konsep ini mampu membantu hilirisasi hasil-hasil riset kampus yang terstandard dan diuji cobakan dalam lingkungan pengguna sesungguhnya. Teaching Industry jika dijalankan dengan baik dan benar akan dapat melahirkan para pengusaha yang handal berbasis inovasi kampus. Selama 3 tahun Teaching Industry Undip telah menghasilkan 2 produk unggulan berbasis pada inovasi teknologi plasma. Satu produk terkait pembersih udara dalam ruangan dan mampu menghilangkan kontaminasi mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus. Di tengah konsisi pandemik tahun 2021-2022 produk berbasis teknologi plasma dingin tersebut telah dimanfaatkan untuk transmisi Covid-19 (Nur, Nidom, dkk. 2023). Produk kedua adalah generator ozon dan ruang pendingin berdedikasi ozon yang dapat diimplementasikan dalam memperpanjang masa simpan produk hortikultura. Sebuah metoda yang dikembangkan selama program Teaching Industry dan menghasilkan SNI 8759:2019. Metoda pemnyimpanan aplikasi teknologi plasma ozon ini telah menjadi harapan pengelolaan pasca panen produk hortikultura (Nur dkk, 2019 ; Susan, 2018).
Kesiapan memperoleh praktik terbaik komponen-komponen yang diusulkan Bazan perlu ditingkatkan terus menerus, namun secara paralel skema Teaching Industry selayaknya juga menjadi perhatian dalam tahapan Penguatan Universitas Riset dari milestone pengembangan Universitas Diponegoro. Berdasarkan pengalaman mengelola Teaching Industry dan hilirisasi teknologi plasma, penulis diundang sebagai nara sumber oleh Senat Akademik UNS dalam sebuah Focus Group Discussion. Judul yang diangkat adalah Pendekatan Tatakelola dan Implementasi Inovasi, Hilirisasi dan Komersialisasi: Melirik Pengalaman Teknologi Plasma di Indonesia (Nur,2023). Dirgahayu Universitas Diponegoro! Selamat bagi untuk organ universitas: Rektor dan seluruh jajaran, MWA, serta Senat Akademik. Selamat untuk semua civitas akademika.
(Semarang, 14 Oktober 2023, Muhammad Nur seorang pengembang teknologi Plasma di Indonesia dari Departemen Fisika, FSM, Undip)