Semarang – Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Universitas Diponegoro (Undip) bekerja sama dengan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) dalam menyelenggarakan sosialisasi dan sharing terkait Call for Proposal: Open Innovation BGA 2025 melalui platform Zoom pada 18 Februari 2025. Acara ini menghadirkan narasumber utama Bapak Muhammad Kalili selaku Corporate Development Bidang Inovasi PT BGA dan dimoderatori oleh Bapak Alan Prahutama, S.Si., M.Si., Ph.D, dosen Departemen Statistika.
Dalam sambutannya, Wakil Dekan Bidang Sumberdaya Dr. Eng. Adi Wibowo, S.Si., M.Kom menjelaskan pentingnya kolaborasi multidisiplin di berbagai departemen FSM antara dosen, mahasiswa, dan berbagai elemen FSM dalam mendukung pengembangan inovasi di PT BGA. Harapannya, kolaborasi ini dapat berjalan secara berkelanjutan di tahun-tahun berikutnya.
PT BGA sangat terbuka terhadap komunikasi dan kerja sama untuk mendukung keberlanjutan industri kelapa sawit. Dalam pemaparannya, Muhammad Kalili menjelaskan kondisi terkini perkebunan sawit di BGA serta aspek teknis dan pelaksanaan Open Innovation 2025. Salah satu fokus utama dalam inovasi ini adalah peningkatan kandungan minyak (oil content) dengan berbagai pendekatan, termasuk rekayasa metabolit, peningkatan jumlah serangga polinator, serta artificial pollination.
PT BGA juga memaparkan berbagai tantangan yang dihadapi industri kelapa sawit saat ini, seperti peningkatan produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) dan Crude Palm Oil (CPO). Untuk menjawab tantangan tersebut, Open Innovation 2025 akan mencari solusi inovatif yang dapat diterapkan di sektor perkebunan sawit.
Dalam Open Innovation 2025, inovator dapat mengajukan proposal melalui platform inovasi PT BGA. Proses seleksi meliputi tahapan administrasi, presentasi, dan evaluasi proyek. Proposal yang lolos akan mendapatkan hibah dengan skema pendanaan bertahap. Mahasiswa dapat mengajukan proposal dengan pendanaan maksimal Rp300 juta, sementara dosen dan peneliti mendapatkan hibah maksimal Rp10 juta per proposal.
Adapun kriteria seleksi proposal meliputi dampak terhadap penyelesaian masalah di BGA (50%), tingkat kesiapan teknologi (Technology Readiness Level) (25%), kelayakan anggaran dengan program yang diusulkan (15%), serta kelayakan aplikasi dan skalabilitas (10%). Dengan adanya program ini, PT BGA dan FSM berharap dapat menjaring inovasi terbaik yang dapat berkontribusi langsung dalam meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan industri kelapa sawit di Indonesia.
[Humas FSM]