Departemen Informatika Fakultas Sains dan Matematika (FSM), Universitas Diponegoro pada tanggal 27 Mei 2025 menggelar kuliah tamu internasional bertema “Developing High Performance Computing (HPC) Skills to Open Doors for Opportunity”, sebagai bagian dari program Visiting Professor.
Dalam kuliah ini, Worawan Diaz Carballo (Marungsith), Ph.D. dari Thammasat University, Thailand, hadir sebagai pembicara utama dengan dimoderatori oleh Bapak Prajanto Wahyu Adi, M.Kom. Beliau memiliki kepakaran di bidang HPC, sistem terdistribusi, maupun penerapan AI di sektor pertanian. Kegiatan berlangsung secara daring melalui platform Zoom. Acara ini tidak hanya diikuti oleh dosen dan mahasiswa dari Universitas Diponegoro, tetapi juga akademisi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Batangas State University, DOST-ASTI (Filipina), Kyoto University (Jepang), dan Universiti Teknologi Malaysia (UTM).
Dalam pemaparannya, Dr. Worawan memulai dengan menjelaskan pentingnya pola pikir arsitektural dan spasial dalam membangun sistem HPC sebagai sebuah keterampilan yang melampaui sekadar penguasaan pemrograman. Beliau menggunakan analogi permainan Minecraft untuk menggambarkan bagaimana mahasiswa perlu membayangkan dan merancang struktur modular yang kompleks dan kolaboratif. Konsep ini sangat relevan mengingat superkomputer masa kini telah mencapai skala exaflop, yang dalam beberapa aspek bahkan melampaui kapasitas pemrosesan otak manusia.
Berbagai aplikasi konkret HPC turut disorot, termasuk simulasi 3D virus COVID-19 oleh superkomputer NVIDIA dan proyek Destination Earth dari Uni Eropa yang bertujuan membangun digital twin Bumi. Dalam konteks ini, Dr. Worawan juga menekankan urgensi kedaulatan digital, dengan mencontohkan inisiatif European Processor Initiative (EPI) dan pencapaian Jepang dalam membangun superkomputer Fugaku secara mandiri.
Dari sisi pendidikan, Dr. Worawan mendorong mahasiswa untuk memulai eksplorasi di bidang HPC sejak dini. Beliau menyampaikan bahwa akses terhadap superkomputer kini dapat diperoleh secara gratis melalui kompetisi ilmiah internasional, serta menekankan bahwa keterampilan HPC sangat dibutuhkan di berbagai disiplin ilmu seperti fisika, AI, bioinformatika, hingga ilmu lingkungan. Beliau juga berbagi pengalamannya dalam mengikuti sekolah internasional HPC dalam lima tahun terakhir dan perannya dalam mendampingi mahasiswa Thailand hingga meraih penghargaan di tingkat Internasional.
Beliau menyampaikan bahwa HPC dan AI kini telah menjadi infrastruktur penting layaknya listrik dalam kehidupan modern. Namun, kemajuan teknologi juga menghadirkan tantangan baru seperti isu privasi data, etika kecerdasan buatan, dan kesenjangan regulasi yang masih tertinggal dibandingkan kecepatan inovasi. Oleh karena itu, penguasaan teknologi ini perlu menjadi prioritas bagi generasi muda di era digital.