Mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro (FSM UNDIP) berhasil mengembangkan sensor murah berbasis carbon quantum dots (CQDs) untuk mendeteksi keberadaan antibiotik tetrasiklin pada bahan pangan, seperti susu dan madu. Inovasi ini menjadi langkah penting dalam mendukung keamanan pangan karena memungkinkan deteksi cepat dan sederhana tanpa membutuhkan peralatan laboratorium yang mahal.
Sensor ini dibuat dengan metode sederhana menggunakan microwave dan bahan murah seperti asam sitrat serta urea. Hasilnya, partikel nano berukuran seratus ribu kali lebih kecil dari rambut manusia ini mampu mendeteksi antibiotik hanya dalam waktu satu menit. Mekanisme deteksi yang digunakan adalah ON–OFF sensing, di mana pendaran cahaya hijau dari CQDs akan meredup ketika tetrasiklin terdeteksi dalam sampel.
Koordinator penelitian FSM UNDIP, Prof. Yayuk Astuti, PhD, menjelaskan bahwa residu tetrasiklin kerap ditemukan pada produk susu, madu, hingga hasil peternakan, dan berisiko menimbulkan masalah kesehatan apabila dikonsumsi secara berulang. “Sensor ini kami rancang agar cepat, murah, dan aman digunakan. Inovasi ini menunjukkan bagaimana ilmu dasar bisa memberi manfaat nyata, khususnya untuk keamanan pangan,” ungkapnya.
Ketua Bidang Kajian Kimia Fisik FSM UNDIP, Dr. Rahmat Nuryanto, menambahkan bahwa riset ini menjadi contoh nyata penerapan ilmu dasar dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari. “Prof. Yayuk tengah mengembangkan metode sintesis CQDs yang efisien untuk diaplikasikan sebagai sensor antibiotik. Hasilnya langsung menyentuh isu penting seperti keamanan pangan dan lingkungan,” jelasnya.
Salah satu mahasiswa peneliti mengungkapkan bahwa proses pembuatan CQDs ini sangat sederhana dan terjangkau. “Kami berharap penelitian ini bisa bermanfaat bagi masyarakat, terutama untuk mendeteksi residu antibiotik pada pangan seperti susu atau madu,” ujarnya.
Meski masih berada pada tahap awal, penelitian ini menunjukkan potensi besar dalam menciptakan teknologi deteksi antibiotik yang murah, cepat, dan mudah diakses. Ke depan, inovasi berbasis carbon quantum dots ini diharapkan dapat mendukung sistem keamanan pangan, khususnya di daerah yang memiliki keterbatasan fasilitas laboratorium.
FSM UNDIP senantiasa mendukung riset-riset inovatif yang berdampak nyata bagi masyarakat. Melalui pengembangan teknologi berbasis ilmu dasar, FSM UNDIP terus berkontribusi dalam menjawab tantangan pangan dan kesehatan, sejalan dengan visi universitas untuk menjadi institusi pendidikan berkelas dunia yang aktif mendukung pembangunan berkelanjutan.